Selasa, 17 Mei 2011
Hidup adalah proyek yang kita kerjakan sendiri
seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tidak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah, ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya. Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah satu pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya. Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah- ogahan ia mengerjakan proyek itu. ia cuma mengerjakan dengan bahan- bahan seadanya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah yang baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan. Ketika pemilik perusahaan itu datang, melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. " Ini adalah rumahmu," katanya, " hadiah dari kami ." Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengejakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di rumah yang tidak terlalu bagus, hasil karyanya sendiri.Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha alakadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian- bagian yang terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh bebeda. Renungkan bahwa kita adalahsi tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. setiap hari kita memukul paku,memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik- baiknya seolah - olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari pehitungan adalah milik Tuhan, bukan milik kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar